TULUNGAGUNGTIMES - Tidak semua kehidupan dalam masyarakat ini bisa berjalan baik, harmonis dan saling menghormati. Bahkan, dalam lingkup berkeluarga, baik antara anak dan istri atau kerabat luar masih dapat terjadi perselisihan yang mengakibatkan tidak akur.
Ketidak akuran antara pribadi dengan pribadi lainnya ini, dalam bahasa jawa, khususnya di Tulungagung dikenal dengan istilah satru.
Baca Juga : Resah dengan Rusaknya Lingkungan, GMNI Tulungagung Keluarkan 2 Manifesto
"Satru ini, pemahaman saya adalah bermusuhan dengan satu orang atau beberapa orang sekaligus," kata Eko Siswanto, salah satu aktivis pendidikan dari Gondang, Sabtu (27/3/2021).
Lanjut Eko, dalam bahasa lebih lokal di Tulungagung, satru juga bermakna geting (benci) antara orang satu dan lainnya.
Sementara itu, menurut ibu rumah Tangga di Rejotangan, Nurul Nuna (25), arti satru yang ia pahami adalah konflik yang menyebabkan dua orang tidak saling menyapa.
"Satru ini menurut saya tidak saling menyapa karena adanya konflik tertentu," kata Nuna, pendatang yang kini berkeluarga di Tulungagung.
Belum lama ini, Denny Caknan mengeluarkan karya terbarunya berjudul Satru, yang liriknya juga berbahasa Jawa dan berhasil trending di Youtube.
Satru dalam bahasa Jawa, memiliki arti tidak baik-baik saja. Dalam sejumlah konteks, Satru berarti bertengkar, saling diam, atau dimusuhi.
Baca Juga : Pergi Tanpa Pamit, Pengantin Baru di Tulungagung ini Diduga Pergi Bersama Wanita Tomboi
Lagu Satru diciptakan sendiri oleh Denny Caknan dan dinyanyikan berduet dengan Happy Asmara. Ditilik dari asal muasal bahasa, kata Satru adalah bahasa yang berasal dari Sunda. Arti Satru ini, disebutkan berarti musuh atau bermusuhan.