JATIMTIMES - Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Kabupaten Malang telah masif merealisasikan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sedangkan salah satu metode pembangunan yang direalisasikan ialah menggunakan metode sarang tawon.
Kepala DPKPCK Kabupaten Malang Budiar menyebut, metode sarang tawon tersebut merupakan tempat pengolahan untuk penyaringan atau filter air limbah kotoran manusia. Metode sarang tawon juga bisa disebut sebagai tempat bagi bakteri pengurai berkembang biak.
Baca Juga : Belanja Daerah Naik Rp2,77 Triliun, Fraksi PKS DPRD Jatim Minta Serapan Dioptimalkan
"Jadi bakteri itu bisa menghancurkan limbah padat, bakterinya memang ditaruh di sarang tawon tersebut. Biasanya disebut sebagai bakteri pengurai. Jadi untuk menguraikan (limbah), setelah diuraikan otomatis (IPAL Komunal) tidak gampang penuh," terangnya.
Budiar menyebut, IPAL Komunal metode sarang tawon tersebut ditujukan untuk menghilangkan kebiasaan orang zaman dulu. Di mana, orang-orang dulunya memang lazim hanya membuat lubang di tanah untuk buang air.
Alhasil, kotoran dari limbah manusia tersebut terserap atau istilahnya absorpsi ke tanah. "Sehingga bisa mempengaruhi masalah lingkungan, kesehatan dan bahkan bisa menyebabkan stunting dan sebagainya akibat adanya bakteri E. coli-nya (Escherichia coli)," terangnya.
Biasanya, disampaikan Budiar, pada tempat untuk buang air besar berupa lubang pada tanah atau cubluk tersebut, juga menggunakan bata merah sebagai dinding pada lubang di tanah.
"Padahal, bata merah pun masih bisa tembus. Ada teori terbaru bahwa metode menggunakan bata merah itu tidak bisa digunakan, harus menggunakan seperti metode sarang tawon," ujarnya.
Berbeda dengan cubluk, dijelaskan Budiar, metode sarang tawon telah menggunakan lapisan kedap air. Biasanya menggunakan bahan dari High Density Polyethylene (HDPE). "Jadi tidak bisa tembus ke tanah dan itu sudah sesuai SOP (Standard Operating Procedure)," jelas Budiar.
Baca Juga : Bentuk Komisi Daerah Lansia, Pemkot Batu Punya PR Perlindungan dan Pemberdayaan Kelompok Rentan
Sementara itu, jika merujuk pada beberapa sumber, IPAL Komunal metode sarang tawon tersebut menggunakan media biofilter berbentuk sarang lebah (honeycomb). Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi penguraian limbah organik secara biologis.
Sedangkan untuk metode penguraiannya tersebut ialah dengan menyediakan area permukaan yang luas bagi mikroorganisme pengurai. Media ini berbentuk heksagonal dan terbuat dari plastik tahan lama. Seperti misalnya PVC (Polyvinyl Chloride) yang diletakkan di bak reaktor biologis.
IPAL Komunal metode sarang tawon tersebut juga ditujukan untuk mendukung pertumbuhan bakteri pengurai limbah secara optimal. "Metode IPAL Komunal sarang tawon ini juga sudah ada SNI-nya (Standar Nasional Indonesia) dan juga sertifikasi dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum)," pungkas Budiar.