JATIMTIMES - Suasana Kota Blitar pada Sabtu (1/11/2025) terasa lebih khidmat dari biasanya. Di bawah langit yang mendung, Presiden ke-5 Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menutup rangkaian kunjungannya di Kota Blitar dengan berziarah ke makam Bung Karno, sang proklamator sekaligus ayahandanya.
Ziarah itu berlangsung secara tertutup dan sempat diguyur hujan. Kegiatan tersebut hanya dihadiri oleh keluarga serta sejumlah kader partai. Ikut mendampingi Megawati dalam ziarah itu, Wali Kota Blitar H Syauqul Muhibbin dan Bupati Blitar Rijanto, menandai kehormatan sekaligus kebanggaan bagi masyarakat Blitar.
Baca Juga : Menko AHY Nilai Daya Tarik Wisata Jadi Penunjang Terus Beroperasinya Bandara Banyuwangi
Sebelumnya, Megawati tampil sebagai keynote speaker dalam seminar internasional memperingati 70 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Perpustakaan Bung Karno, Kota Blitar, yang turut dihadiri berbagai tokoh nasional dan internasional.
Dalam pidato utamanya bertema “Bung Karno in a Global History”, Megawati menekankan pentingnya menghidupkan kembali visi internasional Bung Karno dalam membangun tata dunia baru yang berlandaskan nilai kemanusiaan dan Pancasila. Pesan itu, menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, merupakan penegasan bahwa warisan pemikiran Bung Karno masih relevan untuk menjawab tantangan global masa kini.
“Konferensi Asia Afrika adalah program dekolonialisasi pertama yang diikuti 29 negara dan berhasil mengubah arah sejarah dunia,” ujar Hasto. Ia menambahkan, semangat Dasa Sila Bandung yang lahir dari konferensi itu menjadi fondasi moral bagi kepemimpinan Indonesia di kancah internasional. “Spirit itu harus terus dihidupkan dalam diplomasi kita hari ini,” tegasnya.

Blitar, Titik Refleksi Sejarah dan Ideologi
Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin atau akrab disapa Mas Ibin, menyebut kunjungan Megawati sebagai bentuk penghormatan ideologis sekaligus momentum kebanggaan bagi Blitar. Kota kecil yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Bung Karno itu, menurutnya, kini telah menjadi magnet sejarah dan diplomasi budaya.
“Peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika di Kota Blitar luar biasa. Banyak tokoh nasional dan internasional hadir. Ini membuktikan bahwa magnet Blitar bukan hanya nasional, tapi juga internasional,” ujarnya. Ia menilai, setiap kegiatan yang berakar pada warisan Bung Karno memperkuat posisi Blitar sebagai ruang refleksi kebangsaan.
Mas Ibin juga menuturkan, Pemerintah Kota Blitar berkomitmen menjadikan setiap peringatan yang berkaitan dengan Bung Karno sebagai agenda tahunan. “Semua yang terhubung dengan Bung Karno potensial untuk dirayakan di Kota Blitar. Ziarah ini bukan hanya penghormatan, tetapi juga penghargaan kepada pendiri bangsa,” katanya.
Baca Juga : Jembatan Bailey dari Pemprov Jatim Segera Dipasang di Donomulyo, DPUBM Berharap Desember 2025 Rampung
Menurutnya, warisan Bung Karno bukan semata sejarah, tetapi juga aset strategis dalam membangun karakter bangsa. “Bung Karno adalah simbol persahabatan dunia. Banyak tokoh dan ilmuwan dari luar negeri yang datang ke Blitar bukan hanya untuk mengenang, tapi untuk belajar dari nilai perjuangan dan kemanusiaan beliau,” tambahnya.

Dari Blitar, Menyala Kembali Semangat Dunia
Ziarah Megawati ke Makam Bung Karno menjadi penutup rangkaian kegiatan yang sarat makna sejarah dan ideologi. Dalam suasana hening di kompleks makam, ziarah itu menjadi simbol kontinuitas perjuangan pemikiran Bung Karno: membangun peradaban dunia yang bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
“Megawati Institute memberikan dukungan penuh terhadap acara ini,” ujar Hasto, sembari menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Blitar, Bupati Blitar, dan Djarot Saiful Hidayat sebagai panitia pelaksana. Ia menegaskan, bahwa nilai kemanusiaan yang diperjuangkan Bung Karno tetap menjadi lifeline bagi arah diplomasi Indonesia di masa depan.

Dari Kota Blitar, semangat Bung Karno seolah kembali menyala, menjadi api yang menerangi perjalanan bangsa di tengah dunia yang terus berubah.Sebagaimana pesan Megawati kepada generasi muda, “Jangan pernah melupakan sejarah dan perjuangan para pendiri bangsa. Dari nilai itu, masa depan Indonesia akan menemukan jalannya.”
