JATIMTIMES - Mimpi Nabi Yusuf AS tentang sebelas bintang, matahari, dan bulan yang bersujud kepadanya bukan sekadar kisah simbolik, melainkan salah satu isyarat awal kenabian yang direkam langsung dalam Al-Qur’an. Peristiwa ini termaktub secara eksplisit dalam Surah Yusuf ayat 4, ketika Nabi Yusuf kecil menyampaikan mimpinya kepada ayahnya, Nabi Yaqub AS. Dalam ayat tersebut, Yusuf mengisahkan bahwa ia melihat sebelas bintang bersama matahari dan bulan tunduk kepadanya, sebuah penglihatan yang sejak awal dipahami sebagai pertanda masa depan besar.
Makna sujud dalam mimpi itu tidak dimaknai sebagai bentuk ibadah atau penyembahan, melainkan simbol penghormatan dan kepatuhan dalam skema ketetapan Allah SWT. Nabi Yaqub AS, yang dikenal sebagai sosok ayah penuh hikmah, menangkap pesan di balik mimpi tersebut. Ia memahami bahwa Yusuf kelak akan menempati posisi penting, namun jalan menuju ke sana tidak akan mudah.
Baca Juga : Tak Hanya untuk Laki-Laki, Ini 6 Amalan Sunnah Hari Jumat bagi Perempuan
Karena itu, ia meminta Yusuf agar tidak menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudaranya, khawatir memicu kecemburuan dan makar. Nasihat ini ditegaskan dalam Surah Yusuf ayat 5, yang sekaligus menekankan bahwa iri hati adalah celah bagi tipu daya setan.
Lebih jauh dari narasi Al-Qur’an, terdapat riwayat yang menjelaskan secara rinci nama-nama sebelas bintang yang muncul dalam mimpi Nabi Yusuf. Riwayat ini bersumber dari literatur tafsir dan hadis. Dalam kitab Kisah Para Nabi, Ibnu Katsir menukil penjelasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim dalam karya tafsir mereka, serta dicantumkan pula oleh Abu Ya’la dan al-Bazzar dalam kitab Musnad.
Riwayat tersebut bersandar pada jalur Jabir bin Abdullah RA. Ia menceritakan bahwa seorang Yahudi bernama Bustanah datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya tentang nama-nama bintang yang dilihat Nabi Yusuf dalam mimpinya. Rasulullah SAW tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut hingga Malaikat Jibril AS turun membawa wahyu.
Setelah itu, Rasulullah SAW menyebutkan nama-nama bintang tersebut, yakni: Juryan, ath-Thariq, adz-Dzayyal, Dzul Katifan, Qabis, Watsab, Amudan, al-Faiqal, al-Musbah, adh-Dhuruh, Dzul Fara, adh-Dhiya, dan an-Nur. Mendengar jawaban itu, Bustanah mengakui kebenarannya.
Baca Juga : Resmi, Ini Tema dan Pesan Natal 2025 dari PGI dan KWI
Dengan demikian, sumber kisah ini jelas dan berlapis. Dasar utamanya adalah Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 4 dan 5, sementara penjelasan tentang nama-nama bintang bersumber dari riwayat hadis yang dicantumkan dalam kitab tafsir dan musnad para ulama klasik. Ini bukan cerita populer tanpa pijakan, melainkan narasi yang hidup dalam tradisi keilmuan Islam, meski para ulama juga mencatat bahwa riwayat tersebut termasuk dalam kategori atsar yang sering dijadikan pelengkap kisah, bukan landasan akidah.
